Para Ahli dan Para ulama Sufi/Tasawuf Pemahaman Ketauhid-an yang harus dilewati melalui 4 tahapan yakni; Syariat, Torikah, Hakekat dan Makrifat.
Rosululloh SAW: "Syariat itu ucapanku, Thoreqot itu perbubatanku, Hakikat itu merupakan tingkah laku daripadaku, dan Ma'rifat itu pokok dasar (modal) atau pangkal kekayaan (baik zahir mahupun batin)" (Hadis Riwayat Anas bin Malik)"
Dalam riwayat hadits yang lain dinyatakan bahwa :
“Sesungguhnya syariatku datang membawa 313 thariqah, tiap hamba yang menemui (mendekatkan diri pada) Allah dengan salah satunya, pasti masuk surga”. (HR. Thabrani)
“Sesungguhnya syariatku datang membawa 313 thariqah, tiap hamba yang menemui (mendekatkan diri pada) Allah dengan salah satunya, pasti masuk surga”. (HR. Thabrani)
4 Tahapan itu adalah:
SYARIAT/Fiqih: Hukum-hukum untuk memperbaiki amal lahir yang telah diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah yang bersumber dari Quran dan Hadits serta Ijma Para Ulama. Seperti bagai mana cara menerapkan cara wudhu yang benar, sholat rukun dan syaratnya yang benar, aturan bayar zakat, Puasa, Haji, aturan dalam kedidupan sehari-hari dll.
THOREQOH: Suatu praktek perbuatan untuk membersihkan hati dan membersihkan relung-relung hati dari karatnya dosa, dan kelalaian dengan melakukan amalan-amalan seperti: Istiqfar, wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu atas bimbingan Al-Ghouts atau sang Guru yang khamil-mukamil (sempurna dan menyempurnakan) sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah saw serta dikerjakan oleh para sahabat, para Ulama Salafus sholihin, para-ulama secara bersambung dan serantai hingga pada masa kini dan seterusnya turun-temurun sampai kepada guru MURSYID yang bisa mengantarkan si murid kepada Tuhannya.
HAKIKAT: Setelah melakukan Syariat dan Tarekat dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan, sehingga ia dapat menyaksikan tanda-tanda ketuhanan dengan matahatinya. Hati menyadari bahwa segala sesuatu, termasuk gerak-gerik dirinya lahir batin seperti : melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan ,berfikir dan sebagainya semua adalah Alloh SWT, yang menciptakan dan yang mengerakan. Jadi semuanya Billah.
MA’RIFAT: Marifat menurut istilah adalah sadar kepada Allah SWT, yakni : Merupakan kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Ma’rifat juga bisa dikatakan hadirnya kebenaran Allah pada seorang dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan Nur Illahi wa Rosulullohi wa Ghoutsu Zaman.
Dan kunci untuk mendapatkan itu semua adalah:
1. Mujahadah (Bersungguh-sungguh dalam mencari dan mengamalkan ilmu)
2. Riadhah (Latihan)
3. Membersihkan Hati dari nafsu-nafsu yang tidak di ridhoi Alloh menuju nafsu mutmainah.
4. Zuhud (Meninggalkan sesuatu yang memalingkan dari Alloh, Banyak prihatin, puasa, tidak serakah dan mencontohi para Nabi dan Wali)
KESAKSIAN PARA ULAMA SALAFUS SHOLIHIN TENTANG KAUM SUFI/TASAWUF:
1. Al-Imam Hujjatul Islam Al-Ghozali berkata :
“Sungguh aku telah mengetahui secara yakin bahwa ahli tasawwuf mereka adalah orang yang menapaki jalan Allah Ta’ala secara khusus, sejarah hidup mereka sebaik-sebaik sejarah. Jalan mereka paling benarnya jalan. Akhlak mereka sesuci-sucinya akhlak” ( ini adalah jawaban pada orang yang mengingkari ahli tasawwuf) . (Al-Munqidz minadh Dholal :hal: 17, karya imam Ghozali)
2. Imam Abu Hanifa (Pendiri Mazhab Hanafi) (81-150 H./700-767 M)
“Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja’far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahuijalan yang benar”. Itulah dua tahun bersama Ja’far as-Sadiq”. Dalam Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43
“Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja’far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahuijalan yang benar”. Itulah dua tahun bersama Ja’far as-Sadiq”. Dalam Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43
3. Imam Malik (Pendiri Mazhab Maliki) (94-179 H./716-795 M)
“Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dan fikh dia meraih kebenaran).” (dalam buku ‘Ali al-Adawi dari keteranganImam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195)
4. Nasihat Imam Asy-Syafi'I Rohimalloh (Pendiri Mazhab Syafi’i) (150-205 H./767-820 M):
“Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawwuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawwuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan taqwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawwuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik.
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
5. Imam Ahmad bin Hanbal (Pendiri Mazhab Hambali) (164-241 H./780-855 M)
Imam Ahmad (r): (Anakku kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi,” (Tanwir al-Qulub, p. 405, Shaikh Amin al-Kurdi)
Imam Ahmad (r) tentang Sufi:”Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p. 120)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
b